Surah Al-Baqarah Ayat 143 dan Terjemahan: Umat Islam sebagai Umat Pertengahan

by -137 Views
Surah Al-Baqarah Ayat 143
Surah Al-Baqarah Ayat 143

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pernahkah kita merenungkan mengapa Allah SWT menyebut umat Islam sebagai “ummatan wasathan” atau umat pertengahan? Jawabannya terletak dalam surah Al-Baqarah ayat 143, salah satu ayat yang sangat mendasar dalam memahami posisi kita sebagai umat Muhammad SAW di hadapan Allah dan di tengah-tengah umat manusia lainnya.

Memahami Surah Al-Baqarah Ayat 143

Surah Al-Baqarah ayat 143 memiliki kedudukan yang istimewa dalam Al-Qur’an. Ayat ini bukan sekadar penjelasan tentang perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, tetapi juga mengandung filosofi mendalam tentang identitas umat Islam.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 143:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Yang maknanya kurang lebih:

“Dan demikianlah Kami jadikan kamu (umat Islam) sebagai umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”

Ketika pertama kali membaca ayat ini, hati saya tersentuh oleh betapa indahnya Allah SWT menempatkan kita sebagai umat yang berada di tengah-tengah, tidak ekstrim ke kanan atau ke kiri. Ini adalah kedudukan yang sangat mulia dan penuh tanggung jawab.

Surah Al-Baqarah Ayat 143 Menjelaskan Tentang Umat Pertengahan

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan “ummatan wasathan“? Kata “wasath” dalam bahasa Arab memiliki banyak arti: tengah, adil, terbaik, dan seimbang. Jadi, ketika Allah menyebut kita sebagai “ummatan wasathan”, Dia menempatkan kita pada posisi terhormat sebagai umat yang:

  1. Moderat dan Seimbang: Tidak berlebihan dalam urusan dunia hingga melupakan akhirat, tapi juga tidak melupakan dunia demi akhirat semata.
  2. Adil dan Bersaksi: Kita dijadikan sebagai saksi atas manusia lainnya, yang berarti kita harus menjadi teladan dan pembawa kebenaran.
  3. Terbaik dari Segala Umat: Sebagaimana disebutkan dalam ayat lain bahwa umat Islam adalah “khairu ummah” atau sebaik-baik umat.

Saya sering merenungkan bagaimana kondisi umat Islam saat ini. Apakah kita sudah benar-benar mencerminkan sifat “wasathiyah” (moderasi) sebagaimana yang Allah kehendaki dalam surah Al-Baqarah ayat 143 ini?

Surah Al-Baqarah Ayat 143 Beserta Tajwidnya

Bagi yang ingin membaca dan memahami surah Al-Baqarah ayat 143 dengan tajwidnya, mari kita perhatikan beberapa kaidah tajwid yang terdapat dalam ayat ini:

Lafaz ayat tersebut berbunyi:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا

“Wa kadzaalika ja’alnaakum ummatan wasathan litakuunuu syuhadaa’a ‘alan-naasi wa yakuunar-rasuulu ‘alaikum syahiidan…”

Beberapa hukum tajwid yang terdapat dalam ayat ini antara lain:

  • Ikhfa’: pada kata “min” yang bertemu dengan huruf “qablika”
  • Idgham Bighunnah: pada kata “litakuunuu” di mana nun bertasydid dibaca dengan dengung
  • Mad Thabi’i: pada beberapa kata seperti “kadzaalika” dan “ja’alnaakum”
  • Qalqalah: pada kata “qiblata”

Membaca Al-Qur’an dengan tajwid yang benar bukan sekadar kewajiban, tetapi juga cara kita menghormati kalam Allah. Ketika saya berusaha memperbaiki tajwid dalam bacaan saya, saya merasakan keindahan Al-Qur’an semakin terasa dan pemahaman tentang maknanya pun semakin mendalam.

Konteks Historis Surah Al-Baqarah Ayat 143

Untuk memahami surah Al-Baqarah ayat 143 secara komprehensif, kita perlu mengetahui konteks historis turunnya ayat ini. Ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa perpindahan kiblat.

Pada awal periode Madinah, Rasulullah SAW dan umat Islam shalat menghadap ke Baitul Maqdis di Yerusalem selama sekitar 16 atau 17 bulan. Namun, Rasulullah SAW dalam hatinya selalu berharap agar kiblatnya dialihkan ke Ka’bah di Makkah, bangunan suci yang dibangun oleh Nabi Ibrahim AS.

Allah kemudian mengabulkan keinginan Nabi Muhammad SAW melalui wahyu yang memerintahkan perubahan arah kiblat ke Masjidil Haram. Peristiwa ini menjadi ujian keimanan yang berat bagi sebagian umat Islam saat itu.

Dalam konteks inilah Allah menurunkan surah Al-Baqarah ayat 143, menegaskan bahwa umat Islam adalah “ummatan wasathan” – umat pertengahan yang moderat dan adil, tidak seperti umat-umat terdahulu yang terkadang berlebihan dalam beragama atau justru terlalu meremehkan agama.

Relevansi Surah Al-Baqarah Ayat 143 dalam Kehidupan Kontemporer

Di tengah dunia yang semakin terpolarisasi, di mana ekstremisme dan radikalisme muncul di berbagai belahan dunia, pesan surah Al-Baqarah ayat 143 tentang “wasathiyah” menjadi sangat relevan dan mendesak untuk dipahami.

Sebagai seorang Muslim yang hidup di era digital dan globalisasi, saya sering merenung: bagaimana menerapkan prinsip “ummatan wasathan” dalam kehidupan sehari-hari?

  1. Dalam Beribadah: Melaksanakan ibadah dengan tekun tanpa melalaikan kewajiban terhadap keluarga dan masyarakat.
  2. Dalam Bersikap: Tidak mudah menghakimi orang lain, namun juga tidak menoleransi kemungkaran.
  3. Dalam Bermasyarakat: Menghormati keberagaman sembari tetap memegang teguh prinsip-prinsip Islam.
  4. Dalam Mencari Ilmu: Mempelajari ilmu agama dan ilmu dunia secara seimbang, karena keduanya penting untuk kesejahteraan dunia dan akhirat.

Saya teringat perkataan Imam Syafi’i yang mengatakan, “Barangsiapa yang ingin kebahagiaan dunia hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang ingin kebahagiaan akhirat hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa yang ingin kebahagiaan keduanya juga hendaklah dengan ilmu.”

Tantangan Menjadi “Ummatan Wasathan” di Era Modern

Menjadi umat pertengahan sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 143 bukanlah tugas yang mudah di era modern ini. Kita dihadapkan pada berbagai tantangan:

  1. Informasi yang Membanjir: Di tengah lautan informasi, bagaimana kita bisa memilah dan memilih informasi yang benar dan bermanfaat?
  2. Konsumerisme: Bagaimana menyikapi budaya konsumtif tanpa terjerumus pada gaya hidup materialistis?
  3. Teknologi: Bagaimana memanfaatkan teknologi dengan bijak tanpa menjadi budaknya?
  4. Ideologi Transnasional: Bagaimana mempertahankan identitas Islam wasathiyah di tengah gempuran berbagai ideologi ekstrem dari berbagai penjuru?

Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, saya selalu berusaha kembali kepada pesan surah Al-Baqarah ayat 143, bahwa kita adalah umat yang adil dan moderat. Kita tidak menolak kemajuan, tetapi juga tidak menelannya bulat-bulat tanpa filter keimanan dan kearifan.

Meneladani Rasulullah SAW: Perwujudan Sempurna “Ummatan Wasathan”

Tidak ada teladan yang lebih sempurna dalam mengimplementasikan konsep “ummatan wasathan” selain Rasulullah Muhammad SAW sendiri. Beliau adalah pribadi yang seimbang dalam segala aspek kehidupannya:

  • Beliau adalah sosok yang rajin beribadah namun juga memperhatikan kesejahteraan keluarga dan umatnya.
  • Beliau tegas terhadap kebatilan namun pemaaf terhadap kesalahan pribadi.
  • Beliau zuhud (tidak materialistis) namun tidak mengajarkan hidup miskin.
  • Beliau serius dalam urusan agama namun juga bisa bergurau dengan keluarga dan sahabatnya.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW pernah menegur beberapa sahabat yang berlebihan dalam beribadah sampai mengabaikan hak-hak tubuh, keluarga, dan sosial mereka. Beliau bersabda yang maknanya kurang lebih: “Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu, keluargamu memiliki hak atasmu, dan tamumu memiliki hak atasmu. Maka berilah setiap yang berhak itu haknya.”

Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya keseimbangan dalam Islam, sebagaimana yang ditekankan dalam surah Al-Baqarah ayat 143.

Penutup: Mewujudkan “Ummatan Wasathan” dalam Kehidupan Sehari-hari

Surah Al-Baqarah ayat 143 bukan sekadar ayat yang perlu kita baca dan hafalkan, tetapi harus menjadi pedoman hidup yang kita implementasikan setiap hari. Allah SWT telah memberikan kedudukan yang mulia kepada kita sebagai “ummatan wasathan” – umat pertengahan yang adil, moderat, dan terbaik.

Mari kita renungkan bersama: sudahkah kita mencerminkan sifat-sifat “wasathiyah” dalam kehidupan kita? Sudahkah kita menjadi saksi atas manusia dengan memberikan teladan yang baik dalam berislam? Sudahkah kita mengikuti jejak Rasulullah SAW yang merupakan manifestasi sempurna dari konsep “ummatan wasathan”?

Saya mengajak diri saya sendiri dan seluruh pembaca untuk terus berusaha menerapkan prinsip moderasi Islam dalam setiap aspek kehidupan kita. Mari kita jadikan surah Al-Baqarah ayat 143 sebagai kompas yang mengarahkan perjalanan hidup kita di dunia ini.

Dengan menjadi Muslim yang moderat – yang memahami esensi surah Al-Baqarah ayat 143 – kita tidak hanya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, tetapi juga berkontribusi dalam membangun citra Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Wallahu a’lam bishawab. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk menjadi “ummatan wasathan” yang sejati. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *