Sifat anak yang terbentuk dalam kehidupan sehari-hari sejatinya merupakan hasil dari pola asuh dan pendidikan yang diterapkan oleh orang tua. Sebagaimana dijelaskan oleh dr. Zaidul Akbar dalam salah satu kajiannya, karakter dan perilaku anak tidak muncul begitu saja, melainkan terbentuk dari hasil interaksi dan didikan orang tua selama masa pertumbuhan mereka. Artikel ini akan mengulas secara mendalam bagaimana sifat anak terbentuk dan bagaimana orang tua dapat mempengaruhi perkembangan karakter anak melalui pendekatan Islam.
Sikap Anak: Hasil Cicilan Pola Asuh Orang Tua
Dr. Zaidul Akbar menekankan bahwa sikap dan perilaku anak adalah “cicilan” dari pola asuh yang diterapkan orang tua. “Sikap anak itu adalah hasilnya kita jadi orang tua itu akan mencicil,” demikian ungkapnya. Pernyataan ini menegaskan bahwa sifat anak dapat diwarisi dari pola interaksi sehari-hari dengan orang tua mereka.
- Fenomena Pernikahan Muda: Perspektif Islam dan Tantangannya
- Rahasia Mengubah Nasib: Amalan Agar Selalu Beruntung dalam Hidup
- Tata Cara Wudhu yang Benar Sesuai Sunnah Rasulullah
- Komunikasi Efektif dalam Rumah Tangga ala Rasulullah SAW
- Ingin Punya Anak? Renungkan Pandangan Islam tentang Makna Memiliki Keturunan
Tidak jarang, orang tua mengabaikan anak demi pekerjaan. Dr. Zaidul mencontohkan: “Pernah ninggalin anak karena atas nama kerja.” Namun, beliau juga memberi solusi untuk memperbaiki hubungan tersebut: “Sekarang ya, coba perbaiki, minta ampun, minta maaf, anaknya saya peluk sering-sering.”
Pendekatan yang penuh kasih sayang dan perhatian ini menjadi kunci dalam membentuk karakter positif pada anak. Sifat anak diturunkan dari siapa? Jawabannya jelas: dari orang tua dan lingkungan terdekatnya, terutama keluarga sebagai madrasah pertama bagi mereka.
Pentingnya Persiapan Menjadi Orang Tua
Salah satu nasihat penting dari dr. Zaidul Akbar adalah pentingnya persiapan sebelum menjadi orang tua. Beliau menyarankan kepada mereka yang belum menikah untuk mempelajari terlebih dahulu bagaimana cara menjadi orang tua yang baik.
“Yang belum kawin, yang belum nikah, belajar dulu tuh bagaimana cara menjadi Bapak, bagaimana cara menjadi Ibu,” tegasnya. Hal ini dimaksudkan agar calon orang tua “nggak kaget ketika anak nangis-nangis keras-keras” dan fenomena umum lainnya dalam pengasuhan anak.
Tanpa pengetahuan dan kesiapan yang memadai, orang tua sering kali bereaksi secara emosional: “Yang muncul nafsunya saja, anak dipukul, anak dimarahin.” Dr. Zaidul menegaskan, “Bukan begitu caranya, ada ilmunya semua.”
Teladan Nabi Muhammad SAW dalam Mendidik
Islam telah memberikan panduan yang sempurna melalui teladan Nabi Muhammad SAW dalam mendidik dan berinteraksi dengan anak-anak. Dr. Zaidul menyatakan, “Nabi kan sudah ngajar itu semua,” merujuk pada metode mendidik yang penuh hikmah dan kesabaran.
Beliau kemudian memberikan sebuah perumpamaan menarik: “Coba bayangin sekarang, misalkan ada orang masuk sini…terus orang itu ngencingi di depan ya, di tengah situ. Kita mungkin buat hari pedang, kencing coba tapi nggak marahin segala macam. Biarkan pergi, Nabi beradab sama dia, ternyata hasilnya luar biasa.”
Perumpamaan ini menunjukkan bagaimana reaksi yang tenang, penuh adab, dan tidak emosional dapat memberikan dampak positif yang lebih besar dibandingkan dengan reaksi marah yang spontan.
Pendekatan Proaktif vs Reaktif dalam Pengasuhan
Dr. Zaidul Akbar menekankan pentingnya pendekatan proaktif dalam menghadapi berbagai situasi, termasuk dalam mendidik anak. “Nah itu yang cenderung banyak orang tuh aktif, kita nggak butuh reaktif, kita butuhnya apa? Proaktif,” jelasnya.
Pendekatan proaktif berarti: “Tenang dulu, lihat dulu, gitu kan, baru bersikap. Bukan langsung bereaksi.” Metode ini sangat penting dalam pengasuhan anak karena:
- Mengajarkan anak tentang pengendalian emosi
- Menunjukkan kematangan berpikir sebagai teladan
- Menciptakan lingkungan yang aman secara emosional bagi anak
Pendekatan seperti ini akan membantu membentuk sifat anak yang tenang, matang dalam berpikir, dan mampu mengendalikan emosi dengan baik.
Tips Praktis Mendidik Anak Sesuai Ajaran Islam
Berdasarkan penjelasan dr. Zaidul Akbar dan ajaran Islam, berikut beberapa tips praktis dalam mendidik anak:
1. Membangun Hubungan yang Dekat
Luangkan waktu berkualitas dengan anak, seperti yang disarankan dr. Zaidul: “Anaknya saya peluk sering-sering.” Kedekatan fisik dan emosional membantu membangun rasa aman dan dicintai pada anak.
2. Belajar Mengendalikan Emosi
Sebelum bereaksi terhadap perilaku anak, tarik napas dan tenangkan diri terlebih dahulu. “Tenang dulu, lihat dulu, baru bersikap,” kata dr. Zaidul.
3. Menjadi Teladan yang Baik
Anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat dibandingkan apa yang mereka dengar. Pastikan perilaku Anda mencerminkan nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada anak.
4. Konsisten dalam Penerapan Aturan
Tetapkan aturan yang jelas dan konsisten. Inkonsistensi dapat membingungkan anak dan menciptakan ketidakpastian dalam perilaku mereka.
5. Menerapkan Komunikasi Terbuka
Dengarkan pendapat dan perasaan anak dengan empati. Komunikasi dua arah membantu anak merasa dihargai dan dipahami.
Kesimpulan
Sifat anak sesungguhnya adalah cerminan dari pola asuh dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua. Sebagaimana dijelaskan oleh dr. Zaidul Akbar, sikap anak merupakan hasil dari bagaimana orang tua berinteraksi dan mendidik mereka selama masa pertumbuhan.
Ajaran Islam melalui teladan Nabi Muhammad SAW telah memberikan panduan yang sempurna dalam mendidik anak dengan penuh hikmah, kesabaran, dan kasih sayang. Pendekatan proaktif yang menekankan ketenangan, pengamatan, dan respons yang tepat jauh lebih efektif dibandingkan dengan reaksi spontan yang didorong oleh emosi semata.
Menjadi orang tua bukanlah peran yang dapat dimainkan tanpa persiapan dan pengetahuan yang memadai. Oleh karena itu, penting bagi calon orang tua untuk mempelajari dan mempersiapkan diri dengan ilmu pengasuhan anak yang tepat, sehingga mampu membentuk generasi masa depan yang berkarakter positif dan berakhlak mulia.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang sedang belajar menjadi orang tua yang lebih baik. Karena sesungguhnya, sifat anak yang terbentuk hari ini akan menentukan masa depan mereka dan masyarakat kita di masa yang akan datang.
Artikel ini disarikan dari kajian dr. Zaidul Akbar berjudul “Sikap Anak Itu Hasil Orang Tuanya”