Dalam kehidupan modern yang serba cepat, banyak dari kita terjebak dalam kesibukan yang tiada henti. Namun, apakah kesibukan tersebut benar-benar membawa manfaat? Ustadz Adi Hidayat dalam kajiannya mengupas tuntas makna “ sibuk di dunia, tapi tidak bermanfaat “, sebuah fenomena yang banyak terjadi di masyarakat saat ini.
Hakikat Manusia dan Asal Penciptaan
Ustadz Adi Hidayat mengawali ceramahnya dengan mengingatkan tentang asal muasal penciptaan manusia. Dimulai dari proses dalam kandungan yang dijelaskan dalam Al-Quran Surah Al-Hajj ayat 5 dan Al-Mu’minun ayat 12–16, beliau menekankan betapa Allah SWT telah memberikan perawatan terbaik sejak manusia berada dalam bentuk yang sangat kecil dan hina.
- Amalan untuk Mengangkat Derajat Kehidupan Kita di Segala Aspek Menurut Ustadz Adi Hidayat
- 4 Manfaat Sholat Tahajud untuk Kesuksesan Hidup Menurut Ustadz Adi Hidayat
- Amalan Saat Tak Ada Jalan Keluar: Panduan dari Ustadz Adi Hidayat
- Doa Supaya Rumah Tangga Sakinah Mawaddah Warahmah
- Hidup Berkelimpahan dari Desa: Rahasia 5 Hal yang Harus Dibereskan
“Engkau itu siapa sih sampai begitu angkuh, padahal asalnya cuma dari sperma yang terpancar bergabung dengan ovum, sesuatu yang rendah dan kecil,” ungkap Ustadz Adi Hidayat mengingatkan tentang asal penciptaan manusia.
Perjalanan manusia dimulai dari rahmat Allah, dari sesuatu yang kecil dan terhina menjadi janin yang terawat dalam rahim. Allah SWT memberikan segala kebutuhan janin tersebut:
- Nutrisi untuk pertumbuhan
- Pengaturan sistem metabolisme
- Oksigen untuk bernafas
- Perawatan terbaik hingga lahir ke dunia
Makna “Al-Insan” dalam Al-Quran
Ustadz Adi menjelaskan bahwa kata “Al-Insan” dalam Al-Quran merujuk pada manusia yang sibuk. Kesibukan yang dijalani dari bangun tidur hingga tidur kembali. Ada lima nama untuk manusia dalam Al-Quran, dan “insan” adalah salah satunya.
“Insan” berasal dari kata “Anisah” atau “Anusa” yang berarti sesuatu yang lembut, baik, ramah, dan sopan. Fitrah manusia adalah kelembutan. Sejak lahir, manusia dengan kelembutan fitrahnya disayang oleh banyak orang.
Ini bertolak belakang dengan “jin” yang bermakna tersembunyi dan kasar. Ustadz Adi Hidayat menyindir fenomena manusia yang awalnya lembut namun kemudian tumbuh berkembang menjadi kasar, menyimpang dari fitrah kelembutan yang dianugerahkan Allah.
Sibuk tanpa Manfaat adalah Kerugian
Intisari ceramah Ustadz Adi Hidayat terletak pada perenungan tentang kesibukan manusia yang tidak berbuah manfaat. Beliau mengutip Surah Al-Asr sebagai peringatan:
“Wal ‘asr, innal insana lafi khusr” — “Demi masa, sungguh banyak orang sibuk tapi rugi.”
Menurut beliau, manusia yang sibuk namun tidak menghasilkan manfaat adalah manusia yang merugi. Manfaat dalam konteks ini disebut sebagai “amal saleh”. Satu-satunya pengecualian dari kerugian tersebut adalah:
“Illalladzina amanu” — “Kecuali orang yang menyibukkan dirinya dengan imannya.”
Iman yang sejati akan mendorong seseorang untuk melakukan “wa’amilush shalihat” — mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat. Manfaat di sini tidak hanya terbatas pada ibadah ritual, tetapi juga mencakup interaksi sosial dan peran dalam keluarga.
Pentingnya Peran yang Bermanfaat
Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa manusia perlu menjalankan perannya dengan bermanfaat dalam berbagai aspek kehidupan:
- Sebagai ayah, manfaatnya harus terasa bagi anak
- Sebagai suami, manfaatnya harus terasa bagi istri
- Sebagai istri, manfaatnya harus terasa bagi suami
- Sebagai anak, manfaatnya harus terasa bagi orangtua
Dengan kata lain, kesibukan kita haruslah memberikan kontribusi positif bagi orang-orang di sekitar kita, bukan sekadar aktifitas tanpa makna.
Kemudahan dan Kebaikan sebagai Jalan Hidup
Selain itu, Ustadz Adi Hidayat juga menyinggung tentang pentingnya memudahkan, bukan mempersulit. Beliau mengkritisi beberapa praktik di bidang medis yang kadang mempersulit pasien demi kepentingan tertentu.
“Allah saja mudahkan, kenapa manusianya persulit?” tegasnya.
Beliau menjelaskan bahwa Allah telah menunjukkan jalan kebaikan dan keburukan, seperti yang disebutkan dalam Al-Quran Surah Al-Insan ayat 3. Tugas manusia adalah memilih jalan kebaikan dan kemudahan, bukan justru menyulitkan diri sendiri dan orang lain.
Kesimpulan
Ceramah Ustadz Adi Hidayat mengingatkan kita untuk introspeksi diri: apakah kesibukan yang kita jalani selama ini benar-benar bermanfaat? Ataukah kita termasuk golongan “innal insana lafi khusr” — manusia yang sibuk namun merugi?
Untuk menghindari kerugian tersebut, kita perlu menyibukkan diri dengan iman dan amal saleh. Kesibukan kita haruslah memberikan manfaat nyata, baik dalam ibadah maupun dalam hubungan sosial dan keluarga.
Mari evaluasi kesibukan kita dan pastikan bahwa setiap aktivitas yang kita lakukan membawa manfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Karena sejatinya, hidup yang bermakna bukanlah yang paling sibuk, melainkan yang paling bermanfaat.