,

Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Menurut Islam: Aspek Penting yang Sering Terlupakan

by -171 Views
Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Menurut Islam
Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Menurut Islam

Dalam ajaran Islam, kewajiban orang tua terhadap anak menurut Islam bukan sekadar memberikan kebutuhan materi seperti makanan, pakaian, dan pendidikan formal. Namun, terdapat aspek penting yang seringkali terlupakan—yakni kehadiran dan kasih sayang. Sebagaimana disampaikan oleh dr. Zaidul Akbar dalam ceramahnya, ada kewajiban-kewajiban mendasar yang kadang terabaikan oleh orang tua di tengah kesibukan mencari nafkah dan memenuhi tuntutan kehidupan modern.

Pentingnya Masa Pembentukan Karakter Anak

“Bapak Ibu sekalian, anak itu akan dicetak dari 0 tahun sampai 5 tahun. Cetakannya default, dia akan dicetak dari 0 sampai 5,” demikian ungkap dr. Zaidul Akbar. Pernyataan ini mengingatkan bahwa lima tahun pertama kehidupan anak merupakan masa krusial dalam pembentukan karakter dan kepribadian.

Islam mengajarkan bahwa anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dengan baik. Kewajiban orang tua terhadap anak menurut hadits menekankan pentingnya pendidikan akhlak dan karakter sejak dini. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al-Tirmidzi)

Bahasa Hati: Komunikasi yang Sering Terabaikan

Dr. Zaidul Akbar menjelaskan fenomena menarik tentang anak-anak: “Anak-anak itu tidak berbicara dengan bahasa verbal atau bahasa komunikasi seperti kita, tapi dia bicara dengan bahasa hati, bahasa batin.”

Poin ini sangat penting untuk dipahami oleh setiap orang tua. Meskipun anak-anak, terutama yang masih balita, belum bisa mengungkapkan perasaan mereka secara verbal dengan sempurna, mereka sangat peka terhadap:

  • Kehadiran fisik dan emosional orang tua
  • Sentuhan kasih sayang
  • Perhatian tulus
  • Waktu berkualitas yang dihabiskan bersama

Ketika Kasih Sayang Terhutang

Salah satu bagian menarik dari ceramah dr. Zaidul Akbar adalah ketika beliau menggambarkan konsekuensi dari “kasih sayang yang terhutang”:

“Seorang bapak yang tiap hari kerja atau ibu yang tiap hari bekerja—ini penting—lalu sekian lama mereka bekerja dan mereka lupa menunaikan haknya atau kewajibannya kepada anak berupa kasih sayang, maka suatu hari kelak anak ini akan nagih.”

Pernyataan ini mengingatkan bahwa kewajiban orang tua terhadap anak menurut Al-Qur’an tidak hanya bersifat materialistik. Allah SWT berfirman dalam Surah At-Tahrim ayat 6:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Ayat ini mengisyaratkan tanggung jawab orang tua untuk memberikan pendidikan iman dan akhlak kepada anak-anaknya, yang tidak bisa digantikan sepenuhnya dengan materi.

Zona Pengasuhan: Menyeimbangkan Nafkah dan Kasih Sayang

Dr. Zaidul Akbar memperkenalkan istilah “zona pengasuhan” yang perlu dijaga keseimbangannya. Beliau menyoroti fenomena umum:

“Saya mencari nafkah, saya mencari uang untuk keluarga. Betul, udah berangkat segala macam dan sudah salaman segala macam. Bisa jadi itu benar, tapi pernahkah kita menyampaikan permohonan kepada anak karena hak kasih sayangnya (yang tidak terpenuhi)?”

Ini mengingatkan bahwa kewajiban orang tua terhadap anaknya yang salah adalah menganggap bahwa pemenuhan kebutuhan materi sudah cukup, sementara kebutuhan emosional terabaikan.

Solusi Praktis Menjaga Keseimbangan

Dr. Zaidul Akbar tidak hanya menyoroti masalah tetapi juga memberikan solusi praktis:

“Bagaimana caranya supaya zona pengasuhan tadi itu bisa tetap stabil dan tidak menimbulkan masalah? Ya harus ngomong ke anak: ‘Ayah kerja dulu ya, mohon maaf mungkin nggak bisa nemenin kamu hari ini ya’—sambil diapain? Dipeluk, dirangkul, dicium. Paling tidak dia merasakan itu.”

Solusi sederhana ini mengajarkan beberapa poin penting:

  1. Komunikasi terbuka – Meskipun dengan anak kecil, penting untuk mengomunikasikan keadaan dan alasan ketidakhadiran
  2. Meminta maaf bila perlu – Mengajarkan anak tentang tanggung jawab dan permintaan maaf
  3. Sentuhan fisik penuh kasih – Pelukan, rangkulan, dan ciuman merupakan “bahasa kasih” universal yang dipahami anak
  4. Kesadaran akan kebutuhan emosional – Mengakui bahwa anak membutuhkan lebih dari sekadar kehadiran fisik

Dampak Jangka Panjang dari Kelalaian

Ceramah dr. Zaidul Akbar menyinggung konsekuensi jangka panjang dari kelalaian terhadap kewajiban emosional:

“Kadang-kadang kan lupa, anak tidur udah berangkat, bahkan kadang-kadang tidur, pulang juga (anak masih tidur). Kita ngomong gitu kan, jadi kayak begini akhirnya zona pengasuhan dia (terganggu).”

Dalam perspektif Islam, kewajiban orang tua terhadap anak menurut hadits mencakup pembentukan akhlak dan karakter. Rasulullah SAW bersabda: “Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah pendidikan mereka.” (HR. Ibnu Majah)

Kelalaian dalam memberikan kasih sayang dan waktu berkualitas dapat berdampak pada:

  • Kesehatan mental anak
  • Perkembangan kepribadian
  • Kemampuan bersosialisasi
  • Kecerdasan emosional
  • Hubungan orang tua-anak di masa depan

Keseimbangan dalam Konsep Islam

Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam pengasuhan anak. Kewajiban orang tua terhadap anak menurut Al-Qur’an mencakup aspek holistik:

  1. Pemenuhan kebutuhan fisik – Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan
  2. Pendidikan agama dan akhlak – Mengajarkan tentang Allah SWT, ibadah, dan adab
  3. Kasih sayang dan perhatian – Memberikan waktu, kehadiran emosional, dan dukungan
  4. Menjadi teladan yang baik – Menunjukkan contoh perilaku yang sesuai nilai-nilai Islam

Kesimpulan: Memenuhi Kewajiban dengan Seimbang

Kewajiban orang tua terhadap anak menurut Islam harus dipenuhi secara seimbang antara pemenuhan kebutuhan materi dan kebutuhan emosional. Dr. Zaidul Akbar melalui ceramahnya mengingatkan bahwa salah satu kewajiban yang sering terlupakan adalah kehadiran dan kasih sayang.

Orang tua perlu mengingat bahwa anak-anak tidak hanya membutuhkan “rumah” tetapi juga “kehangatan rumah”, tidak hanya membutuhkan “makanan” tetapi juga “makanan jiwa” berupa kasih sayang dan perhatian.

Dalam menjalankan kewajiban sebagai orang tua, penting untuk selalu mengingat bahwa anak adalah amanah dan investasi akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Kahfi ayat 46: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

Semoga dengan pemahaman ini, kita sebagai orang tua dapat memenuhi kewajiban terhadap anak-anak dengan lebih baik, seimbang, dan sesuai dengan tuntunan Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *