Salah satu kebijakan ekonomi yang paling disorot dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto adalah pembentukan Danantara, sebuah sovereign wealth fund yang diproyeksikan menghimpun dana hampir 1 triliun dolar AS dari BUMN-BUMN Indonesia. Meski sempat menuai kontroversi di pasar keuangan, ternyata konsep Danantara bukanlah gagasan baru, melainkan visi yang telah lama direncanakan oleh Prabowo Subianto.
Sejarah Panjang Konsep Danantara
Menurut Sandiaga Salahuddin Uno, pengusaha dan mantan Menteri Pariwisata yang juga pernah menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo pada Pilpres 2019, konsep Danantara sudah disuarakan Prabowo jauh sebelum terpilih sebagai presiden.
- Stres dan Dendam: Akar dari Banyak Penyakit Fisik Menurut Islam dan Thibbun Nabawi
- Teknik Healing Cepat: Cara Efektif Mengatasi Masalah Fisik dan Emosi dengan Metode SAF
- 5 Dimensi Ketahanan Diri: Strategi Holistik Menghadapi Krisis Global 2025
- Unconditional Happiness: Rahasia Bahagia Tanpa Syarat di Tengah Krisis Global
- Azealia Banks Sebut Indonesia “Tempat Sampah Dunia”, Kritik Pedas atau Arogansi Rasis?
“Danantara menurut saya itu juga konsep yang sudah diungkapkan Pak Prabowo dari 2014,” ungkap Sandiaga. “Karena itu yang menjadi pemikirannya Pak Sumitro saat Pak Sumitro mengusulkan kepada Pak Harto di tahun 90-an.”
Sandiaga menjelaskan bahwa pemikiran tersebut bahkan sudah tertuang dalam buku “Paradoks Indonesia” karya Prabowo. Ironisnya, ide ini justru lebih dulu diadopsi oleh Malaysia dengan meluncurkan Khazanah, sovereign wealth fund mereka.
“Waktu 2019 menjadi bahan debat kami dalam pembiayaan pembangunan negara dan 2024 kemarin setelah menang dan 2025 ini sudah diwujudkan,” tambah Sandiaga.
Tujuan dan Skala Danantara
Dalam penjelasannya, Sandiaga menekankan skala besar dari inisiatif ini: “Ini hampir 1 triliun US dolar yang dihimpun dari BUMN-BUMN untuk membantu pemerintah mencapai Indonesia Emas 2045.”
Sebagai perbandingan, Sandiaga menyebutkan contoh Temasek, sovereign wealth fund milik Singapura. Pada tahun-tahun awal pendiriannya, Temasek tidak langsung berinvestasi, melainkan fokus membenahi keunggulan strategis Singapura terlebih dahulu.
“Di awal-awal mereka menginginkan Singapore Airlines menjadi the best airline of the world,” kata Sandiaga. “Changi menjadi airport terbaik dunia. Port of Singapore Authority menjadi pelabuhan terefisien dunia.”
Dengan membangun keunggulan-keunggulan strategis tersebut, Temasek akhirnya mampu menciptakan investasi yang menghasilkan arus kas besar, baik dari dividen maupun peningkatan nilai saham, sehingga dapat mengumpulkan dana tambahan untuk berinvestasi tidak hanya di dalam negeri tapi juga di seluruh dunia.
Pentingnya Tata Kelola yang Baik
Sandiaga menekankan bahwa kunci keberhasilan Danantara adalah tata kelola yang baik. “Kuncinya adalah governance. Gimana caranya ini tata kelolanya world class,” ujarnya.
Sandiaga juga memperingatkan agar Danantara tidak bernasib seperti 1MDB Malaysia yang terjerat skandal korupsi dan penyalahgunaan dana. “Jangan sampai Danantara kayak 1MDB. Kita pastikan jangan sampai jadi itu pengalaman buruk yang negara tetangga kita alami karena intervensi politik dan karena tata kelola yang tidak baik.”
Sebagai pengusaha yang memiliki pengalaman luas di dunia investasi dan private equity, Sandiaga mengingatkan pentingnya pengawasan publik karena dana yang dikelola Danantara merupakan “uang rakyat yang harus digunakan sebesar mungkin sesuai dengan pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 45 yaitu untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.”
Danantara dan Pasar Modal Indonesia
Salah satu peran yang diwacanakan untuk Danantara adalah sebagai liquidity provider di Bursa Efek Indonesia. Namun, Sandiaga berpendapat hal ini perlu dikaji lebih mendalam.
“Ini perlu dikaji dengan sangat mendalam karena kita ini enggak liquid market kita. Kita ini sangat dangkal market kita. Jadi ada syok sedikit orang jual langsung indeksnya tengkurep,” katanya.
Sandiaga juga mempertanyakan apakah peran sebagai liquidity provider memang merupakan mandat dari Danantara berdasarkan undang-undang yang baru disahkan. Menurutnya, sumber likuiditas tidak harus selalu dari sovereign wealth fund.
Ia memberikan contoh Malaysia dengan Permodalan Nasional Berhad (PNB) yang berhasil meningkatkan likuiditas pasar modal dan kepemilikan saham masyarakat melalui program unit link. “Itu menunjukkan bahwa liquidity provider itu enggak selalu sovereign wealth fund,” ujarnya.
Tantangan dan Peluang
Salah satu tantangan yang dihadapi investor dan pasar modal Indonesia menurut Sandiaga adalah ketidakpastian atau uncertainty. “Investor itu paling khawatir terhadap uncertainty, ketidakpastian,” kata Sandiaga.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya menyampaikan pesan keberlanjutan kepada publik dan investor, bahwa meski presiden berganti, kebijakan-kebijakan inti tetap berlanjut karena konsep pemerintahan Prabowo-Gibran adalah keberlanjutan dari pemerintahan sebelumnya.
“Yang internal Indonesia itu yang harus kita yakinkan bahwa enggak ada yang berubah. Kebijakan-kebijakan inti tetap berlanjut,” tegasnya.
Kesimpulan
Danantara merupakan implementasi dari visi jangka panjang Prabowo Subianto yang telah direncanakan sejak lama. Dengan proyeksi penghimpunan dana mencapai 1 triliun dolar AS, Danantara diharapkan dapat menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.
Namun, Sandiaga Uno menekankan bahwa keberhasilan Danantara sangat bergantung pada tata kelola yang baik dan pengawasan publik yang ketat untuk memastikan dana tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia sesuai amanat konstitusi.
Sebagai salah satu kebijakan ekonomi utama pemerintahan Prabowo, Danantara akan menjadi instrumen penting yang perlu terus dipantau perkembangannya oleh seluruh masyarakat Indonesia.